Gambaran Awal – Potret Desa Sebelum Ada BUMDes
Mari kita mulai dari sebuah cerita nyata, dari sebuah desa di Sukabumi, Jawa Barat—Desa Cibalagung. Tahun 2015, desa ini hanyalah sebuah titik kecil di peta. Akses jalan masih berupa tanah berbatu, listrik menyala hanya 12 jam dalam sehari, dan koneksi internet sama sekali belum menjamah wilayah ini. Para petani kopi di desa ini hanya bisa menjual hasil panen mereka kepada tengkulak dengan harga yang sangat rendah, sekitar Rp4.000 per kilogram. Tidak ada fasilitas pengolahan, tidak ada gudang penyimpanan, dan tidak ada akses informasi soal harga pasar di kota.
Anak-anak muda banyak yang merantau ke kota karena merasa tidak ada peluang pekerjaan di desa. Ibu-ibu hanya bisa mengandalkan kegiatan rumah tangga atau menjadi buruh harian lepas ketika musim panen tiba.
Hal serupa juga terjadi di Desa Banjarharjo, Lampung Selatan. Desa yang dikenal sebagai sentra produksi pisang dan singkong ini, dulunya hanya menjual hasil panennya dalam bentuk mentah. Tanpa pengemasan, tanpa pengolahan. Para petani tidak tahu bahwa hasil bumi mereka bisa dijadikan keripik, tepung, bahkan bahan baku industri makanan.
Yang paling menyedihkan? Tidak adanya akses digital. Anak-anak sekolah kesulitan mengerjakan tugas daring, petani tidak bisa mencari informasi pertanian modern, dan usaha kecil pun hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut.
Titik Balik – Lahirnya BUMDes dan Kemitraan Strategis
Sekitar tahun 2017, kedua desa ini memulai sesuatu yang akan mengubah wajah desa mereka: membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Tapi mereka sadar, membentuk saja tidak cukup. Butuh bimbingan, strategi, dan pemanfaatan teknologi agar BUMDes bukan sekadar nama, tapi benar-benar menjadi motor penggerak ekonomi desa.
Di sinilah PT. Inkubator Desa Cerdas hadir sebagai mitra. Perusahaan ini menawarkan pendampingan dari A sampai Z: dari audit potensi desa, pelatihan teknis, pendampingan pemasaran, sampai membangun infrastruktur digital.
📋 Tahapan Pendampingan oleh PT. Inkubator Desa Cerdas:
- Audit Potensi Desa
Dilakukan dengan survei lapangan, wawancara warga, dan pencatatan sumber daya alam, manusia, hingga potensi usaha. Hasilnya disusun dalam laporan potensi lengkap dengan SWOT analysis. - Rapat Pendirian BUMDes
Semua warga dilibatkan melalui Musyawarah Desa. Ditentukan struktur organisasi BUMDes, ditetapkan unit usaha pertama yang akan dibentuk, serta disahkan dalam Peraturan Desa. - Penyusunan Rencana Bisnis (Business Plan)
Tim Inkubator membantu membuat rencana bisnis dengan proyeksi keuangan, strategi pemasaran, analisis risiko, dan roadmap digitalisasi usaha. - Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas SDM
Mulai dari pelatihan pengelolaan keuangan digital (dengan BukuKas, Excel, dan Siskeudes Online), pelatihan pengemasan produk, fotografi produk untuk marketplace, hingga pelatihan operasional toko dan pengadaan barang. - Pembangunan Infrastruktur
Pemasangan internet desa mandiri menggunakan router MikroTik dan solar panel, pembangunan gudang penyimpanan produk, serta pengadaan alat produksi seperti alat pengiris pisang, oven, dan sealer. - Digitalisasi Usaha dan Promosi Produk
Produk lokal dimasukkan ke e-commerce seperti Shopee, Tokopedia UMKM, dan TaniHub. Warga juga diajarkan cara mempromosikan produk via WhatsApp Business, Instagram, dan Facebook Page. - Monitoring dan Evaluasi Berkala
Setiap 3 bulan dilakukan evaluasi berkala atas kinerja BUMDes: omset, kepuasan pelanggan, efisiensi produksi, serta pengaruh terhadap ekonomi keluarga warga.
Transformasi Nyata di Lapangan
🌱 Desa Cibalagung, Sukabumi
BUMDes “Bina Usaha Mandiri” kini memiliki 3 unit usaha aktif:
- Toko BUMDes: Menjual sembako, alat tani, dan pupuk. Omset bulanannya mencapai Rp45 juta. Manajemen toko sudah menggunakan kas digital dan laporan keuangan harian via Google Sheets.
- Internet Desa Mandiri: Memberikan akses internet ke rumah warga dengan harga terjangkau (Rp30.000/bulan). Anak sekolah kini bisa belajar daring, dan pelaku usaha bisa promosi online.
- Kopi Cibalagung: Produk kopi lokal yang kini dikemas dalam bentuk bubuk dan biji sangrai, dengan brand sendiri. Sudah masuk ke minimarket lokal dan ditampilkan di pameran UMKM.
“Dulu saya hanya jual kopi basah ke tengkulak. Sekarang kami punya merek sendiri, dan saya bangga lihat produk kami ada di rak toko kota.”
— Ujang Saepudin (53 tahun), petani kopi, Kampung Pasir Datar, Desa Cibalagung
🍌 Desa Banjarharjo, Lampung Selatan
BUMDes “Sumber Maju” bertransformasi menjadi inkubator UMKM desa. Unit usaha andalannya:
- Produksi Keripik Pisang & Singkong
Dikelola kelompok ibu-ibu yang diberi pelatihan produksi, packaging, serta foto produk. Kini mereka menjual via Shopee dan warung oleh-oleh.
“Dulu saya hanya rebus singkong di rumah. Sekarang saya bisa bikin keripik, dan dikirim ke Jakarta. Suami saya kaget lihat hasilnya.”
— Sri Lestari (42 tahun), Ibu rumah tangga, Dusun 2 Banjarharjo
- Layanan Keuangan Mikro BUMDes
Memberikan pinjaman tanpa agunan maksimal Rp2 juta, dengan bunga rendah. Modal ini digunakan warga untuk ternak puyuh, warung kecil, dan beli bahan baku keripik.
“Saya pinjam Rp1,5 juta dari BUMDes, beli tambahan kandang dan bibit puyuh. Sekarang ada 350 ekor, tiap hari bisa panen telur.”
— Endang Riyanto (36 tahun), peternak, Dusun 3 Banjarharjo
Hasil dan Dampak yang Terlihat Jelas
Berikut beberapa indikator dampak dari pengembangan BUMDes berbasis teknologi dan pendampingan intensif:
Indikator | Sebelum BUMDes | Setelah BUMDes (3 tahun) |
Akses Internet | 5% warga | 85% warga terhubung WiFi |
Omset Usaha Desa (Tahunan) | Rp150 juta | Rp480 juta |
Produk Desa di Marketplace | Tidak ada | 8 jenis produk aktif dijual |
Migrasi Pemuda ke Kota | Tinggi | Menurun 30% |
Jumlah UMKM Aktif | 6 unit rumahan | 26 UMKM aktif di bawah BUMDes |
Partisipasi Warga dalam Rapat | < 30% | > 70% setelah digitalisasi info |
Desa Hebat Bukan Mustahil, Asal Mau Bergerak
Penting untuk kita pahami bahwa BUMDes bukan hanya “proyek desa”, tapi bisa menjadi jantung ekonomi lokal kalau dijalankan serius, profesional, dan terbuka terhadap perubahan. Dengan dukungan teknologi dan kemitraan seperti PT. Inkubator Desa Cerdas, desa bisa berkembang pesat—bukan hanya mandiri, tapi juga kompetitif secara ekonomi.
Buat kamu yang sedang berjuang mengembangkan BUMDes di desamu, ingat: potensi itu selalu ada, tinggal bagaimana kita menggali dan mengelolanya dengan cerdas. Mau mulai dari mana? Mulai dari mendengarkan warga, mencatat kekuatan desa, dan menjalin mitra yang bisa berjalan bersama kita.
1 Comment
Office IDC
19 Juni 2025semoga artikel ini dapat memberi banyak pengetahuan untuk para pembaca